Iran Luncurkan Serangan Terbaru ke Tel Aviv, Israel Klaim Sukses Cegat
Pada 17 Juni 2025, Iran kembali melancarkan serangan rudal ke Israel, menargetkan kota-kota besar seperti Tel Aviv, Haifa, dan Bnei
Brak. Serangan ini merupakan bagian dari eskalasi konflik yang telah berlangsung selama beberapa hari. Menurut militer Israel, sebagian besar rudal berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara mereka, meskipun beberapa berhasil menembus dan menyebabkan kerusakan material. Namun, tidak ada laporan korban jiwa dari serangan tersebut.
Serangan Rudal Iran Mengguncang Tel Aviv dan Sekitarnya
Serangan dimulai pada Minggu malam, dengan ledakan keras terdengar di Tel Aviv dan Yerusalem setelah sirene serangan udara berbunyi. Rudal dan pecahan peluru jatuh di wilayah Tel Aviv, menyebabkan kerusakan material tetapi tidak ada korban luka. Sistem pertahanan udara Israel, termasuk Iron Dome, berhasil mencegat sebagian besar rudal dan pesawat nirawak Iran, meskipun beberapa berhasil menembusnya. Polisi Israel melaporkan bahwa rudal dan pecahan peluru jatuh di wilayah Tel Aviv, menyebabkan kerusakan material tetapi tidak ada korban luka. Namun, empat orang terluka saat mencari perlindungan.
Respons Israel dan Dampak Serangan
Sebagai respons terhadap serangan ini, militer Israel mengklaim telah mencegat sebagian besar serangan rudal terbaru yang ditembakkan dari Iran. Namun, beberapa rudal berhasil menembus sistem pertahanan dan menyebabkan kerusakan material di beberapa wilayah. Sementara itu, pemerintah Israel mendesak masyarakat untuk tetap waspada dan mengikuti petunjuk dari otoritas setempat. Dampak dari serangan ini memperburuk ketegangan yang sudah tinggi antara kedua negara, dengan potensi eskalasi yang semakin besar.
Serangan terbaru ini menandai peningkatan signifikan dalam intensitas konflik antara Iran dan Israel. Meskipun sistem pertahanan Israel berhasil mencegat sebagian besar serangan, beberapa rudal berhasil menembus dan menyebabkan kerusakan. Situasi ini menambah ketegangan yang sudah tinggi di kawasan Timur Tengah dan meningkatkan kekhawatiran akan potensi eskalasi lebih lanjut.